GERAKAN LITERASI PEMUDA POHUWATO

GERAKAN LITERASI PEMUDA POHUWATO
GERAKAN LITERASI PEMUDA POHUWATO

Minggu, 25 September 2016

Wonungo Tradisi Kebudayaan dan Spirit Religius


DFORMMASI-POHUWATO. Wonungo Tradisi Kebudayaan dan Spririt Religius oleh Stenli Nipi "wonungo adalah memo memahamI Ilham spritual agama yang dipadukan dengan melodi Lisan menggetarkan jiwa bagi yang memahami isi kandungan setiap pesannya"
Suasana jalan yang becek dan mati lampu tidak mengurungkan niat  saya dan kawan" educareInstitute, untuk pergi menghadiri acara kegiatan niat  para anak muda buntulia barat seperti semarak ramadhan.
Kegiatan kegiatan seperti ini sudah menjadi bagian  spesial, yang amat ditunggu  anak sekolahan mengisi waktu liburan  tepat  bulan suci Ramadhan  ragam kegiatan turut menyemarakan agenda kamu Muslim sebagaimana bulan pensucian diri.
Pada dasarnya lokasi kegiatan bertema gema ramadhan  di kec duhiadaa itu tidak jauh dari tempat kami mendirikan sekolah ra'yati bunbar, sekolah yang saya dan kawan kawan buat untuk pendidikan bagi yang kurang mampu. Yang Alhamdulillah telah memiliki 28 siswa binaan.. mungkin berjarak 200 meter.
Alhamdulillah, rintihan hujanpun ikut menemani malam suci ramdhan didesa buntulia barat, kamipun disambut oleh gelap gulita. Ternyata kegiatan itu lagi menanti pasokan listrik dan menunggu menyalanya lampu-lampu,  memang soal pemadaman listrik didaerah kami  terjadi secara fluktuatif,  tanpa adanya info dan pemberitahuannya lebih awal, (walau pada 3 Juni 3015  jokowi idaman rakyat itu telah meresmikan PLN-PLTG) kedatangannya memang sebagai jawaban janjinya terhadap kebutuhan listrik di Indonesia.
Pada kegiatan itu ada beberapa ibu-ibu membuat saya terpanah  penuh tanya bercampur takjub. Ketika mereka para ibu memperdengarkan yang pelanggan khas. dengan Suatu alunan melodi bersyair yang memiliki ritme yang cukup berbeda dengan syair lagu jazz, pop,rock apalagi hip hop,  yang lagi ngetrend dikalangan generasi abad ini.
sempat kita dihebohkan dengan model langgam bacaan quran baik versi, apalagi versi Sunda dan Jawa sebagai pengkultusan sejarah tua bangsa ini,. Namun sempat berfikir mencocokan , yahhh... bisa jadi dikatakan lantunan syair itupulah berbentuk langgam juga. Tidak tahan pada keingin Tahuan,  saya memintakan kepada teman saya untuk mencari tahu apa nama pementasan pada satu kegiatan dengan ciri pembacaan syair dan terselubung beberapa ayat suci Alquran didalamnya  yang tentu saja ikut lombakan, dengan motif langgam yang bernuansa khas dan menenangkan jiwa. Seperti teringat  pembacaan kitab sutasoma pada masyarakat Bali.
"Wunungo" atau sering juga disebut wunungo-sadela  adalah tradisi menyanyikan  syair-syair dalam bentuk  pantun berbahasa gorontalo (adapula yg mulai di Indonesia kan) yang di serap dari kita suci Alquran dan dibacakan oleh beberapa orang. Menurut salah satu informan tersebut  Tradisi ini sering di lantunkan pada acara tertentu dan moment tertentu, salah satunya acara kematian dan juga pada waktu bulan ramdhan, adapula  ada pada kegiatan majelis taklim.
Sebagaimana gorontalo punya budaya modayango (tarian ritual pemujaan kepada pencipta).
Wunungo dengan keunikan sepertinya memiliki daya tarik alkuturatif  tersendiri atau mungkin asimilatif dalam ragam perkawinan gaya budaya dan ataupun asosiasi budaya yang disematkan didalamnya pesan moril dan seruan serta perintah dalam hidup yang konsisten dalam teks teks suci agama (islam)
Sehingga dengan  padanannya hypotesa bahwa "wonungo adalah memo memahamI Ilham spritual agama yang dipadukan dengan melodi Lisan menggetarkan jiwa bagi yang memahami isi kandungan setiap pesannya"
MEMBANGUN RUMAH KEBUDAYAAN..........
Ada beberapa prediktif bahwa  tradisi  Wunungo  sudah ada sejak  abad antara 18-19 (mungkin ada penelitian lebih pasti dan akuratif)  namun terlepas dari penempatan kedudukan historisnya, bisa dipastikan tradisi wunongo yang syarat makna akan hilang.
Tidak tersentuhnya lagi tradisi seperti wonungo akan menjadikan keberadaan bangsa kehilangan rumah kebudayaan
bahkan punah ditelan waktu dan dilupakan tanpa bekas goresan. Disadari dan  mengakui era para makhluk generis digital yang lebih berkeliaran dengan sejuta pengetahuan informasi budaya globalistik telah menggeser paradiqma ini. Padahal wonungo adalah memo spritual memahamI Ilham agama yang dipadukan dengan melodi Lisan yang mampu menggetarkan jiwa bagi yang memahami isi kandungan setiap pesannya.
indentitas budaya lokal  memang kerap mulai hilang dan bergeser secara perlahan pastinya kita perlu mengkhawatirkan hal ini. efek globalitas media informasi sebagai wadah pertukaran budaya perlu di
sadur kembali dengan benar
Selain  tanggung jawab bersama, sangat penting kehadiran pemangku kebijakan (decision maker) dalam   kapasitas sebagai  legal struktur untuk memproteksi  dan bahkan   menfilterisasi arus media  virallistik, budaya yang tak ubahnya pasar bebas, sistem pendidikan yang bersandar pada multikultural bernilai religi sangat penting menjadi penopang
MEMBANGUN RUMAH KEBUDAYAAN..........
Wunungo-sadela, dan beberapa tradisi lainnya kini menjadi sunyi dan sepi khususnya para fans dan mungkin para generasi terseok-seok untuk mengejar kembali model pemahaman budaya lokal gorontalo yang begitu berasosiasi dengan spritualitas dengan ketinggian bahasa lisan yang dilatinkan.
Sangat penting mendorong dengan menurunkan tradisi ini menjadi bagian pendidikan kita.  disadari pendidikan mental yang kian praqma dan lebih berorientasikan pada proyek materi semata telah membuat kita terpuruk kehancuran karena putusnya tradisi dan religiuitas sebagai jembatan peradaban bangsa yang ragam, kaya akan budaya..
Akankah wunongo akan menjadi nisan sejarah atau menjadi prasasti tanpa makna? ... 
Mahakarya dan keanggunan wunungo seharusnya bisa diselamatkan disekolah sekolah formal ,begitupun tradisi lain bagaimana terjadi pada bahasa gorontalo  dimana kematian peradaban telah mulai nampak. Dan sudah saatnya merawat tradisi dalam semangat ke islaman.
Salah satu kutipan yang sempat saya catat dalam wunungo-sadela yakni:
"Wujudu kidamu baka dahaimu olipata
Wujudu baqa kidamu dahai olipatamu
Potabia po puasa todunia dila baka
Po puasa potabia dila baga to dunia"
Artinya Sifat" Allah jgn sampai lupa, sifat" Allah jgn sampai trlupakan..
Sembahyang dan berpuasalah d dunia tdk kekal, berpuasalah dan sembahyang tdk kekal d dunia"
Dan dilanjutkan pada pesan ayat-ayat suci Alquran Yang disyariatkan dalam wunungo seperti suatu ikatan simetris spritualis  yakni:
Al quran di surah Al Baqarah:3 berbunyi  “Mereka yang beriman  kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat,  dan menafkahkan sebahagian rezki  yang Kami anugerahkan kepada mereka”.
Al-Quran di surat Al-Baqarah ayat 183.
"Wahai orang orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang orang sebelum kamu. agar kamu bertaqwa".
Al quran di surah Al Baqarah :43 “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'”
Tentu syair itu berisi pesan tentang sabagaimana dalam cara pandang cak nur (nurcholis Madjid) jati diri manusia sebagai ciptaan Tuhan yang disematkan padanya suatu kekhasan sebagai makhluk yang suci dihadaPan sang Khaliq. Dalam tradisi rasionalitas  dimana kedudukan  Tuhan sebagai causa prima  yang mendahului (awal) pewujudan dari konsepsi alam semesta beserta isi didalamnya. Salah satu jalan dan cara manusia mengevaluasi atas identitasnya sebagai ciptaan dengan jalan mendirikan sholat dan ber puasa untuk  merenovasi diri agar kembali pada kesucian yang disebut fitrah...
saya yakin masih banyak jalan dan cara merenovasi dan mengintrospeksi diri dengan banyaknya menjalankan amalan amalan. Tentunya smua itu adalah meng-Esakan sebagaimana konsepsi menjaga nilai ke-TAUHID-an pada setiap sanubari setiap makhluk...
Sumber referensi lisan
Terimkasih bapak Darwin bulango dan  lasmiati, kanda Jhon rauf, forum WA IKA KPMIP dan karang taruna buntulia barat kec. Duhiadaa, anak-anak sikola ra'yati yang mau berbagi waktu , berbagi cerita dan serta untuk berdiskusi,saya  masih ingin belajar dari kalian.
Wonungo Tradisi Kebudayaan dan Spirit Religius 

Tidak ada komentar: