GERAKAN LITERASI PEMUDA POHUWATO

GERAKAN LITERASI PEMUDA POHUWATO
GERAKAN LITERASI PEMUDA POHUWATO

Selasa, 09 Agustus 2016

USMAN YUSUF : Syurga Ditelapak Kaki Ibu ??? Baca..!!!

Tulisan ini dikutip dari Akun Fb Kakanda Usman Yusuf Guru Di SMK Negeri I Marisa Kabupaten Pohuwato

Semoga jadi inspirasi buat pribadi saya dan pembaca semuanya.

Neraka pun dibawah telapak kaki Ibu....
Telapak kaki ibu adalah simbol dari Prilaku seseorang...
maka dari itu segala Prilaku Ibu dapat berpengaruh kepada pada Anaknya,Karena Ibu Adalah sekolahan,sebelum sekolahan, adalah tiang Negara,ketika para ibu tidak bisa menjadi teladan bagi Anaknya,tunggu saja kehancuran bangsa itu......
FATIMAH DAN AISYIAH ADALAH TELADAN..mengapa sebagian besar Prempuan BARAT berprilaku mendekati binatang(hampi...r telanjang)???karena mereka tidak punya teladan.!
DAN mereka beranggapan berhijab Akan mengurangi Aktifitas.,,,
Bukankah berhijab adalah sarana beraktifitas di Luar Rumah.....dan bila di rumah bersama keluarga dan Muhrim boleh tidak berhijab..! Dan terhadap suami maaf maaf boleh tanpa Busana..?
Bukankah Jilbab adalah modernisasi,,,,,
kalau dengan pakaian Mini di Anggap Modern..Justru itu mengalami kemunduran karena di Jaman Jahiliyah sudah ada,bahkan itu pakaian di Jaman PURBA. ..
PAKAIAN COMPANG CAMPING di Anggap Modern,seorang pemuda BARAT minggat dari rumah tidak punya ganti sampai celananya sobek_ Sobek kok DI Jadikan Teladan.....??

Sayang Orang Tua Lebih Baik Kuliah Di Daerah Sendiri

Sayang Orang Tua Lebih Baik Kuliah Di Daerah Sendiri  oleh Santo Ali

Pohuwato sebagai salah satu daerah yang sudah berumur 13 tahun harus tetap menata bagaimana meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Handal dan Berkualitas, melihat dari posisi geografis  bahwa pohuwato kini sudah menjadi sorotan para wisatawan dari barat dan para penduduk diluar gorontalo.
Memang saat ini pohuwato telah memiliki kampus namun ini masih jauh dari harapan masyarakat karena sangat sulit untuk para masyarakat menyampaikan keluhannya karena kampus dipohuwato secara normatif hanya milik perseorangan yang kapan saja ia bisa membuat kebijakan.
banyak yang memimpikan pemerintah pohuwato harus saat ini berfikir bagaimana mewujudkan mimpi untuk bagaimana anak-anak pohuwato tak jauh-jauh lagi kuliah diluar pohuwato, namun kenyataannya berbeda saat ini masih lebih banyak putra-putri pohuwato kuliah diluar daerah karena melihat kondisi kampus dipohuwato masih dibawah dari harapan baik infrastruktur kampus, biaya terjangkau masih jauh dari harapan, dan susahnya pemerintah daerah menginterpensi kampus Ichsan di Pohuwato.

Melihat kondisi saat ini bahwa sudah seharusnya kita menata bagaiamana mewujudkan pohuwato cerdas 2030, dengan adanya kampus sendiri milik daerah, kalau memang pemerintah daerah jentel harus memainkan otoritasnya tanpa pandang bulu selama itu untuk kepentingan rakyat.
Pemerintah Daerah Pohuwato harus berani mengambil keputusan untuk bagaimana pohuwato memiliki kampus tersendiri tanpa ada interprestasi dari pihak perseorangan manapun.

Kini rakyat memberikan mandatnya kepada pemerintah untuk tetap menggalang kekuatan bagaimana pohuwato memiliki kampus atau universitas tersendiri.

Semoga nantinya ini mimpi pohuwato memiliki kampus menjadi Pekerjaan Rumah buat pemerintah Derah karena ini adalah salah satu penentu kemajuan suatu daerah khususnya pohuwato agar visi pohuwato madani bisa tercapai sesuai harapan kita bersama.

Sayang Orang Tua Lebih Baik Kuliah Di Daerah Sendiri

Mahasiswa Idealis Vs Mahasiswa Apatis. Baca...!!!

Mengutip judul pernyataan salah seorang kawan dalam postingan tulisannya di situs jejaring sosial. Mahasiswa yang apatis versus mahasiswa idealis (aktivis). Saya tertarik untuk mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi dengan mahasiswa.? Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa. Sejak tahun 1908 sampai dengan tahun 1998, mahasiswa menjadi penyeimbang pemerintah yang represif, diktator dan bertindak semena-mena. Mengapa Harus Mahasiswa???

Mungkin dalam benak kita muncul pertanyaan itu. Mengapa harus mahasiswa, siapa sebenarnya mahasiswa? Berdasarkan karakterisitik alamiahnya, mahasiswa memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan elemen - elemen masyarakat lainnya. Sebagai seorang yang memiliki jiwa muda, mahasiswa merupakan sesosok figur yang bisa dikatakan memiliki karakter yang masih memiliki idealisme yang tinggi dalam berjuang, mereka tidak segan - segan untuk menyuarakan kekesalan dan kritik mereka terhadap siapapun yang mereka anggap menyimpang dari kondisi ideal.

Mahasiswa merupakan sosok insan akademis yang sedang menjalankan aktifitas pendidikan yang terbilang tinggi sehingga mereka beranggapan bahwa ilmu yang mereka dapatkan merupakan sebuah senjata pamungkas untuk mengabdikan diri ke masyarakat. Mahasiswa juga dikenal kreatif dalam membangun ilmu yang didapatkannya serta mengaplikasikannya ke masyarakat karena secara biologis mahasiswa masih memiliki kondisi yang fresh untuk berpikir dan bertindak secara fisik. Mahasiswa juga memiliki keingintahuan dan sikap kritis yang tinggi terhadap kondisi di sekitarnya, dan dengan modal intelektualitas yang ia punya ia senantiasa mampu untuk memperjuangkan kondisi sosial yang dilihatnya agar menjadi lebih ideal dan dinamis. Mungkin hal inilah yang menjadi faktor utama mengapa mahasiswa yang selalu menjadi aktor peradaban dan tulang punggung perjuangan bangsa dalam membangun peradabanya, bahkan seorang Soekarno juga mengakui kemampuan yang dimiliki pemuda mahasiswa tersebut melalui statementnya "berikan aku sepuluh pemuda, maka akan aku guncang dunia". Dan memang begitu lah kenyataannya dan fakta yang tidak bisa ditolak oleh siapapun. Namun Saat ini, sejujurnya mahasiswa kehilangan jati dirinya.

Jika dulunya mahasiswa terlihat garang terhadap birokrasi dan pernah menjadi momok menakutkan bagi aparat birokrasi yang berkuasa saat itu,Gerakan mahasiswa saat ini menjadi mandul. Idealisme yang diagung-agungkan sejak masa lampau akhirnya dengan sendirinya tergerus oleh zaman yang menghadirkan persaingan yang tidak sehat. Mahasiswa tidak berdaya lagi dihadapan para birokrasi. Kenapa dan apa penyebabnya? Salah satu penyebab yang saya yakini kenapa mahasiswa tidak berdaya lagi dihadapan birokrasi,karena mahasiswa saat ini tidak sejalan dan satu tujuan lagi dalam kehidupan di dunia kampus. Di dalam kampus Mahasiswa mengkotak-kotakkan diri dalam dua blok. Blok mahasiswa Idealis dengan Blok Mahasiswa Apatis. Dua blok inilah yang saya yakini selalu bersengketa dikampus manapun. ‘Mahasiswa aktivis’ menganggap ‘mahasiswa apatis’ sebagai mahasiswa yang tidak peka, pragmatis, oportunis, pengkhianat intelektual, atau belum menyadari hakikatnya sebagai mahasiswa. Sebaliknya ‘mahasiswa apatis’ menganggap ‘mahasiswa aktivis’ sebagi orang-orang yang tidak ada kerjaan, yang sok ikut campur, keras kepala, cari ketenaran dan mengidap penyakit sok pahlawan. Hari ini jumlah mahasiswa yang cenderung bersikap apatis dan hedonis yang selalu mengikuti perkembangan zaman dengan segenap perubahan global, lebih banyak daripada mahasiswa yang mau berdiskusi dan senantiasa menyuarakan hak-hak dasar rakyat. Memang dilematika gerak dan langkah mahasiswa tersebut tak dapat kita salahkan sepenuhnya kepada mahasiswa itu sendiri. Dari kedua Blok ini memang mahasiswa yang memilih dalam blok Apatis memang lebih banyak. Jika dipersentasekan di setiap kampus diseluruh Indonesia, mahasiswa yang menjadi bagian blok Apatis ada 80% sedangkan untuk mahasiswa yang memilih tetap mempertahankan dan mewariskan perjuangan para mahasiswa terdahulu yang pernah berdarah-darah ketika memperjuangkan dan merebut kemerdekaan, Malari, menjatuhkan diktator soeharto,dll hanya 20 %. Banyaknya mahasiswa yang memilih menjadi bagian Blok Apatis (rumah-kampus-rumah). Dalam kasus ini kita tidak bisa menghakimi kawan mahasiswa yang tidak peduli terhadap persoalan rumit bangsa ini..Mungkin karena tuntutan hidup yang tidak menganjurkan mahasiswa untuk berlama-lama di kampus. Kuliah hingga 5 tahun atau lebih saat ini, bukan sebuah hal yang patut untuk dibanggakan. Biaya kuliah semakin mahal dari tahun ke tahunnya. Sehingga pilihannya cuma kuliah dan kuliah. Tidak untuk yang lainnya.
Namun Pengkotak-kotakan dalam Mahasiswa seharusnya tidak perlu ada kotak yang memisahkan mahasiswa. Sebagai seorang mahasiswa, yang hendak berbuat banyak bagi orang lain disekitar, sebenarnya inilah pilihan yang sebenarnya. Sejatinya mahasiswa merupakan sebuah kekuatan besar yang telah mencatatkan namanya pada panggung sejarah di negeri ini. Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya.
perihal tinta emas yang telah digoreskan oleh mahasiswa terdahulu yang mampu membawa perubahan dalam bangsa ini. Mungkin sejarah gerakan mahasiswa ini layaknyalah kita jadikan sebagai bahan refleksi kita semua khususnya yang sekarang menjadi seorang mahasiswa bahwa inilah sebenarnya peran dan tanggung jawab kita sebagai mahasiswa yang telah ditunjukkan oleh para pendahulu kita yang sudah terlebih dahulu menancapkan tombak perubahannya di negeri ini.
Lantas kita yang seharusnya melanjutkan perjuangan mereka harus bagaimana??? apakah sejarah ini layak kita sia-siakan dengan keapatisan kita selama ini?? Menghilangkan pengkotakan dan menyatukan kembali seluruh elemen mahasiswa di bawah panji ”kedaulatan rakyat” ataukah malah sebaliknya? Tetap terkotak-kotak sebagai bagian dari tuntutan perkembangan zaman yang tidak berpihak bagi perkembangan bangsa ini agar lebih baik dan sehat. ?

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/suryono.briando/antara-mahasiswa-apatis-vs-mahasiswa-idealis_5510354ca33311a42dba88e4

Pesan Kakanda Nurcholis Majid Untuk Adinda-Adinda Hijau Hitam

Pesan Nurcholis Majid Adinda-Adinda
 oleh
Kakanda Fidi Mustafa

Iman, Ilmu dan Amal Sebagai Intisari NDP

Iman, adalah bentuk kepercayaan yang paling mendasar dalam diri manusia. Hidup yang benar dimulai dengan iman yang benar. Iman yang benar adalah percaya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, disertai takwa, yaitu keinginan mendekat serta kecintaan kepadaNya. Manusia berhubungan dengan Tuhan dalam bentuk penghambaan atau penyerahan diri (islam), berupa ibadah (pengabdian formil/ritual). Ibadah mendidik individu agar tetap ingat kepada Tuhan dan berpegang teguh pada kebenaran sebagaimana dikehendaki oleh hati nurani yang hanif. Dengan ibadat, manusia dididik untuk memiliki kemerdekaannya, kemanusiaannya, dan dirinya sendiri; sebab ia telah berbuat ikhlas, yaitu memurnikan pengabdian hanya kepada kebenaran (Tuhan) semata-mata. Inilah yang disebut tauhid. Lawannya adalah syirik, yaitu memperhambakan diri kepada sesuatu selain Tuhan. Syirik merupakan kejahatan terbesar bagi kemanusiaan karena sifatnya yang meniadakan kemerdekaan asasi.
Tuhan adalah mutlak. Kebenaran Tuhan dengan demikian bersifat mutlak. Yang selain Tuhan (baca: manusia) adalah relatif. Namun sudah merupakan tugas sejarah bagi yang relatif ini untuk terus-menerus berupaya mencapai Yang Mutlak, karena dari sanalah manusia berasal dan kepada-Nyalah manusia kembali. Kembali kepadaNya berarti menuju kepada Kebenaran. Namun Kebenaran yang sifatnya mutlak tidak mungkin dicapai oleh manusia. Manusia hanya dapat mencapai kebenaran-(kebenaran) yang relatif. Untuk itu manusia memerlukan ilmu, yang merupakan alat manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran-kebenaran itu. Sekalipun relatif, kebenaran-kebenaran itu merupakan tonggak sejarah yang mesti dilalui manusia dalam perjalanan menuju Kebenaran Mutlak.
Ilmu adalah pengertian yang dipunyai oleh manusia secara benar tentang alam dan dirinya sendiri. Hubungan manusia dengan alam bersifat penguasaan dan pengarahan. Alam tersedia bagi manusia untuk kepentingan pertumbuhan kemanusiaan. Penguasaan dan pengarahan itu tidak mungkin dilaksanakan tanpa pengetahuan tentang hukum-hukumNya yang tetap (sunnatullah). Pengetahuan itu dapat dicapai dengan mendayagunakan intelektualitas rasionalitas secara maksimal.
Manusia adalah makluk sosial, hidup di antara dan bersama manusia-manusia lain dalam hubungan tertentu. Oleh karena itu manusia tidak mungkin dapat memenuhi kemanusiaannya dengan baik tanpa berada di tengah sesamanya. Iman dan ilmu saja tidaklah berarti apa-apa jika tidak diterapkan dalam bentuk kerja nyata bagi kemanusiaan. Inilah yang disebut amal. Kerja kemanusiaan atau amal saleh mengambil bentuknya yang utama dalam usaha yang sungguh-sungguh secara esensial menyangkut kepentingan manusia secara keseluruhan, yaitu menegakkan keadilan dalam masyarakat sehingga setiap orang memperoleh harga diri dan martabat sebagai manusia. Usaha ini disebut amar ma’ruf. Lawannya disebut nahi munkar, yaitu mencegah segala bentuk kejahatan dan kemerosotan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam bentuk yang lebih konkrit, usaha ini diwujudkan misalnya melalui pembelaan terhadap kaum lemah dan tertindas, serta usaha ke arah peningkatan nasib dan taraf hidup mereka yang wajar dan layak sebagai manusia.
Dengan integrasi iman, ilmu, dan amal itulah manusia akan mampu memenuhi kodratnya, yaitu sebagai hamba di hadapan Tuhan dan sebagai khalifah di hadapan alam. Cita-cita ideal HMI kiranya tertuang dalam NDP tersebut. menjadi manusia kreatif yang mampu berinovasi dalam kerja-kerja nyata demi mempertinggi harkat kemanusiaan (amal saleh); disertai ilmu sebagai alat untuk melakukan itu; dan tentu saja dilandasi oleh iman yang benar.

Tulisan ini dikutip dari Akun facebook Kakanda Fidi Musatafa

Pesan Untuk Mahasiswa Pasca Reformasi

SUNGGUH tuhan telah memberikan karunia yang indah sehingga mahasiswa selalu menjadi orang yang melakukan perubahan. Perubahan yang diusung selalu berorientasi

Mulai dari para duta intelegensia yang lahir dari rahim Stovia yang menjadi awal pergerakan pemuda Indonesia era 1908an. Lahirlah organisasi Budi Utomo yang tentunya memiliki musuh nyata yaitu imperialisme Belanda yang mengakibatkan penderitaan untuk rakyat Indonesia. Bergeser lagi pasca 1966-an gerakan mahasiswa berhasil menggulingkan pemerintahan Soekarno yang mengangkat diktatorisasi kepemimpinan.

Menilik dari sejarah tersebut kita tahu bahwa gerakan mahasiswa pada waktu itu memiliki satu musuh besar yang sama (common enemy) dan nyata. Setelah reformasi 1998 sejarah bangsa Indonesia tidak pernah terlihat kembali musuh yang nyata.

Happy is the People without History, sejarah manusia selalu terisi penderitaan. Penderitaan pascareformasi yang sesungguhnya tidak bertanggung jawab ini sampai sekarang tidak kita rasakan. Gejala-gejala akan adanya pemerintahan yang merezim dan korup sepertinya akan segera terulang kembali.

Sungguh ironis melihat bangsa yang gemah ripah loh jinawi ini. Semua kita ada, tapi rakyatnya kebingungan mencari makan. Ini semua terjadi karena kebobrokan pemerintahan sebagai pengambil kebijakan dan pelaksana kebijakan. Tidak ada nurani dari orang-orang yang mengambil dana pendidikan anak miskin. Tidak memiliki hati bagi mereka yang korupsi waktu untuk mengabdi. Tidak ada hati bagi mereka yang duduk di kursi dengan sejuta fasilitas untuk memperkaya diri.

Sungguh bangsa ini sedang sakit karena prestasi yang ditorehkan pemimpinnya hanya sandiwara belaka. Ini sebenarya yang menjadi musuh utama mahasiswa hari ini, yaitu tidak adanya kepemimpinan sejati. Banyak aktifis reformis yang ikut dalam peristiwa bersejarah kini berada di jeruji besi karena tindak pidana korupsi. Ini nilai kepemimpinan pemuda yang bisa dikategorikan sampah.

Aktivis kini bukan tempat mengabdi yang menarik bagi sebagian besar mahasiswa. Karena pekerjaan ini membuang-buang waktu. Dibilang pemerintah salah juga tidak, dibilang benar sejujurnya sangat banyak kesalahannya. Era demokrasi yang terlalu terbuka menerima kritik justru membuat gerakan mahasiswa terlena, atau malah ikut-ikutan dalam jual beli gerakan. Inilah gejala musuh utama yang sedang menyerang jiwa pemuda dewasa ini.

Ujian yang berat memang menjadi mahasiswa pascareformasi. Banyak yang harus dibuktikan ketika para reformis ini yang nantinya akan mengubah bangsa dan negara ini menjadi lebih bermartabat. Tidak mengapa rakyat kelaparan jika para pemimpinnya juga menahan lapar, tidak apa rakyat tidak memiliki rumah asalkan pemimpin tidak berenang dalam gelimangan harta.

Krisis kepemimpinan ini sekaligus membangkrutkan krisis keteladanan, sehingga tidak ada lagi jiwa kaya yang dimiliki rakyat miskin seperti pemimpin terdahulu. Ini menjadi pokok ketertinggalan Indonesia dari negara lain karena pemimpinnya tidak dapat menjadi teladan. Panutan rakyat yang tidak dapat membangkitkan gelora untuk turut membangun, karena rakyat merasa berputus asa melihat komandannya berbuat nista.

Sikap mahasiswa pascareformasi adalah harus berpihak pada intelektualitas dan nilai-nilai kebenaran yang konsisten. Setan keburukan dan dorongan untuk berbuat zalim pada rakyatlah yang harus segera dienyahkan dari bumi pertiwi.

Bangsa kita sedang sakit wahai generasi muda yang tangguh. Kitalah yang akan mengganti para pemimpin yang bersorak sorai gempita dalam gelimangan dosa sekarang. Mari kita terus belajar bersungguh-sungguh, tetap berpegang teguh pada Tuhan, karena semua akan kembali pada-Nya. Bagi Indonesia sekarang kitalah dunianya. Siapkan diri kita untuk menyongsong Indonesia yang berwibawa dan santun.

Sumber
Geni Isno Murti
Ketua Komunitas Riset dan Tulis Indonesia

Selasa, 02 Agustus 2016

HUBUNGAN ILMU TAUHID DENGAN FILSAFAT...BACA...!!!

HUBUNGAN ILMU TAUHID DENGAN FILSAFAT
بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيمِ

Antara Ilmu Tauhid dan Filsafat terdapat hubungan erat. Sebab Ilmu Tauhid bercorak filsafat baik dari segi pikiran maupun metoda. Sehingga para ahli lebih condong mengatakan Ilmu Tauhid (theology Islam) termasuk aliran Filsafat. Malahan Ibnu Khaldum mengatakan : “Ilmu Tauhid telah bercampur dengan persoalan filsafat sehingga sukar dibedakan keduanya”. Sarjana barat berbeda pendapat tentang pertalian kedua ilmu ini. Tenneman dan Ritter menggolongkan  Ilmu Tauhid dalam Filsafat Islam tetapi Renan menganggap hanyamencerminkan Filsafat Islam, sehingga walaupun ia mengajek Filsafat Islam sebagai kutipan tandus Filsafat Yunani, mengatakan bahwa kegiatan filsafat dalam Islam harus dicari melalui aliran Ilmu Tauhid karena mengandung keaslian dan kreasi kaum muslimin.
Demikian pula Goldziher mendukung usaha Ilmu Tauhid, karena ilmu ini alat mempertahankan agama dengan tradisi pikiran, memadukan dalil agama dengan dalil akal (filsafat). Sebab pengenalan Islam terhadap filsafat Yunani merupakan bahaya besar karena tidak mungkin dijembatani antara keduanya.
Pembahasan Ilmu Tauhid dan Filsafat terdapat perbedaan. Ilmu Tauhid mendasari pembahasannya pada pengakuan dasar keimanan sebagaimana yang disebutkan Al-Quran. Kemudian dibuktikan kebenarannya dengan akal dan menghilangkan keragu-raguan dengan argument lagika. Sedangkan Filsafat mempelajari sesuatu persoalan dengan obyektif, mulai dengan keragu-raguan terhadap persoalan tersebut, kemudian dipelajarinya dan mengambil suatu kesimpulan yang dipercayainya dan dibuktikan kebenarannya.
Dalam mengemukakan pendapat tidak prejudes (pra sangka) terhadap sesuatu pikiran sebelumnya. Oleh karena itu sering dikatakan sikap filsafat itu seperti seorang hakim yang adil, tidak punya pendapat tertentu terhadap perkara yang dihadapinya sebelum ia mempelajari, tanpa memihak, kemudian mengambil kesimpulan dan keputusan. Sedangkan Ilmu Tauhid lebih merupakan pembela setia yang sangat yakin akan perkara yang dibelanya.
Dalam Encyclopedia of Religion, fasal theology, disebutkan bahwa theology itu berbeda dengan Ilmu Filsafat seperti wahyu dengan renungan pikiran. Sebab theologi berpijak pada wahyu sedang filsafat pada akal. Theologi bertolak dari wahyu dan mengakui Tuhan itu ada, sedangkan filsafat bertolak dari akal dan kesadaran adanya wujud diri sendiri. Theologi bersikap sebagai orang yang sudah mencapai kebenaran. Inilah perbedaan dari sisi metoda.
Perbedaan dari segi isi juga sangat kentara, penyelidikan filsafat terfokus pada wujud mutlak dan yang bertalian dengannya tanpa mencari yang lain (the science of being is being), sedang Theologi Islam menyelidiki wujud alam semesta sebagai alat untuk membuktikan adanya zat yang emnjadikannya. Jadi dibicarakan masalah aqidah dari agama yang dianggap benar kemudian dibuktikan dengan akal pikiran.
Perbedaan-perbedaan tersebut di atas tidaklah menyebabkan Ilmu Tauhid terpisah dengan Filsafat Islam. Malah saling mempengaruhi dan sering menggunakan istilah yang dipakai oleh pihak lain. Malahan Filsafat islam menerima dalil agama karena akal tidak mampu lagi berbicara, misalnya soal akhirat, kenabian dan lain-lain. Sebab lapangan pikiran punya batasnya, bila dilampaui akal pikiran akan sesat. Disinilah kebutuhan wahyu dirasakan penting sebagai pelengkap akal. Walaupun demikian komplik kedua ilmu ini selalu ada khususnya dengan Filsafat Islam. Masing-masing menganggap dirinya lebih benar.
Pembicaraan Ilmu Tauhid dalam pandangan Filsafat Islam sebagai suatu kemerosotan inteligensia, suatu dogmatis sombong. Sedangkan pembicaraan filsafat dalam pandangan Ilmu Tauhid adalah seperti anak kecil yang ermain-main dengan barang-barang suci. Abu Sulaimah al-Tauhidy mengatakan, metode Ilmu Tauhid adalah membantah tantangan orang sejengkal dengan sejengkal berdasarkan Ilmu Jadal (debat). Kebanyakannya tidak terlepas dari kesimpang siuran, membungkan alas an lawan dengan apasaja yang bisa dipakai tanpa alas an pikiran yang teliti. Para ahli Ilmu Tauhid seperti Ibnu Taimiyah sangat anti kepada Filsafat karena dianggapnya sebagai ilmu yang tidak berguna. Namanya juga sebagai ilmu tetapi hakikatnya tidak ada. Ilmu yang asli adalah apa yang diwariskan oleh Rasulullah SAW.
Theolog-theolog Islam bangkit serentak menyerang filsafat seperti Nukhbaty dengan bukunya “Arraddu ‘ala ahli al_mantiqi”, Ibnu Hazmin dengan bukunya “al-Burhan” dan “al-Irsyad”. Serangannya cukup pedas terhadap filsafat. Lain halnya dengan al-Ghazali, walaupun serangannya hebat, karena bahan yang dimilikinya cukup banyak, namun ia cukup moderat. Tidak semua yang dibicarakan filsafat itu salah, sebagiannya bisa diamalkan, karena tidak menyangkut agama.
Filsafat itu terbagi kepada matematika, logika, fisika, ketuhanan, politik, dan etika. Hanya bidang ketuhanan saja yang banyak tidak dapat dipakai dalam Islam, karena dari 20 bagian bahasan filsafat, 17 masalah diantaranya, para filsof harus dicap sebagai ahli bid’ah dan tiga masalah sisa dicap sebagai kafir, karena keingkaran mereka terhadap adanya kebangkitan jasmaniah di hari akhirat, mereka membatasi Ilmu Tuhan pada hal-hal yang besar saja dan ala mini bersifat qadim dan azali. Yang paling ektrim diantara mereka adalah Ibnu Shahah. Ketika ia menjawab pertanyaan bagaimana hukumnya belajar buku-buku Ibnu Sina, sebagian mengatakan siapa yang berbuat demikian berarti telah mengkhianati agamanya, sebab Ibnu Sina bukan Ulama melainkan setan berwujud manusia.

SUMBER

https://ilmutauhid.wordpress.com/2009/04/09/hubungan-ilmu-tauhid-dengan-filsafat/